Pages

Friday, February 8, 2013

RIDHA SUAMI ADALAH SURGA BAGI PARA ISTRI


Suamimu dibesarkan oleh ibu yang mencintainya seumur hidup. Namun ketika dia dewasa, dia memilih mencintaimu yang bahkan belum tentu mencintainya seumur hidupmu, bahkan sering kala rasa cintanya padamu lebih besar daripada cintanya kepada ibunya sendiri.

Suamimu dibesarkan sebagai lelaki yang ditanggung nafkahnya oleh ayah dan ibunya hingga dia beranjak dewasa. Namun sebelum dia mampu membalasnya, dia telah bertekad menanggung nafkahmu, perempuan asing yang baru saja dikenalnya dan hanya terikat dengan akad nikah tanpa ikatan rahim seperti ayah dan ibunya.

Suamimu ridha menghabiskan waktunya untuk mencukupi kebutuhan anak-anakmu serta dirimu. Padahal dia tahu, di sisi Allah, engkau lebih harus di hormati tiga kali lebih besar oleh anak-anakmu dibandingkan dirinya. Namun tidak pernah sekalipun dia merasa iri, disebabkan dia mencintaimu dan berharap engkau memang mendapatkan yang lebih baik daripadanya di sisi Allah.

Suamimu berusaha menutupi masalahnya dihadapanmu dan berusaha menyelesaikannya sendiri. Sedangkan engkau terbiasa mengadukan masalahmu pada dia dengan harapan dia mampu memberi solusi. Padahal bisa saja disaat engkau mengadu itu, dia sedang memiliki masalah yang lebih besar. Namun tetap saja masalahmu diutamakan dibandingkan masalah yang dihadapi sendiri.

Suamimu berusaha memahami bahasa diammu, bahasa tangisanmu. Sedangkan engkau kadang hanya mampu memahami bahasa verbalnya saja. Itupun bila dia telah mengulanginya berkali-kali.

Bila engkau melakukan maksiat, maka dia akan ikut terseret ke neraka, karena dia ikut bertanggung jawab akan maksiatmu. Namun bila dia bermaksiat, kamu tidak akan pernah di tuntut ke neraka. 
Karena apa yang dilakukan olehnya adalah hal-hal yang harus dipertanggung jawabkannya sendiri
READ MORE - RIDHA SUAMI ADALAH SURGA BAGI PARA ISTRI

Wednesday, February 6, 2013

Azab Seorang Wanita

Bismillaah.

(tolong ingatkan kepada semua kaum perempuan yang anda kenal)
Assalamu'alaykum warahmatullah hi wa barakaatuh

Saudara dan saudari kaum muslimin dan muslimat
Renungan
khususnya untuk para wanita dan diriku sendiri.

Sayidina Ali ra menceritakan suatu ketika melihat
Rasulullah saw menangis manakala ia datang bersama Fatimah.

Lalu keduanya bertanya mengapa Rasulullah saw menangis. Beliau menjawab:

"Pada malam aku di-isra'- kan , aku melihat perempuan-perempuan yang sedang disiksa dengan berbagai siksaan. Itulah sebabnya mengapa aku menangis. Karena, menyaksikan mereka yang sangat berat dan mengerikan siksanya.

Putri Rasulullah saw kemudian menanyakan apa yang dilihat ayahandanya. "Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otaknya mendidih.

Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair dituangkan ke dalam tengkoraknya.

Aku lihat perempuan tergantung kedua kakinya dengan terikat tangannya sampai ke ubun-ubunnya, diulurkan ular dan kalajengking.

Dan aku lihat perempuan yang memakan badannya sendiri, di bawahnya dinyalakan api neraka. Serta aku lihat perempuan yang bermuka hitam, memakan tali perutnya sendiri.

Aku lihat perempuan yang telinganya pekak dan matanya buta, dimasukkan ke dalam peti yang dibuat dari api neraka, otaknya keluar dari lubang hidung, badannya berbau busuk karena penyakit sopak dan kusta.

Aku lihat perempuan yang badannya seperti himar,
beribu-ribu kesengsaraan dihadapinya. Aku lihat perempuan yang
rupanya seperti anjing, sedangkan api masuk melalui mulut dan keluar dari duburnya sementara malikat memukulnya dengan pentung dari api neraka,"kata Nabi saw.

Fatimah Az-Zahra kemudian menanyakan mengapa mereka
disiksa seperti itu?

  • Rasulullah menjawab, "Wahai putriku, adapun mereka yang tergantung rambutnya hingga otaknya mendidih adalah wanita yang tidak menutup rambutnya sehingga terlihat oleh laki-laki yang bukan muhrimnya.
  • Perempuan yang digantung susunya adalah istri yang 'mengotori' tempat tidurnya.
  • Perempuan yang tergantung kedua kakinya ialah perempuan yang tidak taat kepada suaminya, ia keluar rumah tanpa izin suaminya, dan perempuan yang tidak mau mandi suci dari haid dan nifas.
  • Perempuan yang memakan badannya sendiri ialah karena ia berhias untuk lelaki yang bukan muhrimnya dan suka mengumpat orang lain.
  • Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena ia memperkenalkan dirinya kepada orang yang kepada orang lain bersolek dan berhias supaya kecantikannya dilihat laki-laki yang bukan muhrimnya.
  • Perempuan yang diikat kedua kaki dan tangannya ke atas ubun-ubunnya diulurkan ular dan kalajengking padanya karena ia bisa shalat tapi tidak mengamalkannya dan tidak mau mandi junub.
  • Perempuan yang kepalanya seperti babi dan badannya seperti himar ialah tukang umpat dan pendusta. Perempuan yang menyerupai anjing ialah perempuan yang suka memfitnah dan membenci suami."Mendengar itu, Sayidina Ali dan Fatimah Az-Zahra pun turut menangis.
  • Dan inilah peringatan kepada kaum perempuan.

Sekarang Anda mempunyai dua pilihan:
1. Biarkan info ini di sini.
2. Share info ini ke sejumlah orang yang anda kenal dan Insya Allah ridha Allah akan dianugerahkan kepada setiap orang yang anda kirim.

Copas dari JBC
READ MORE - Azab Seorang Wanita

Wednesday, January 23, 2013

SEBERAPA CINTAMU KEPADA ALLAH



Jika Allah Sudah Cinta Kepada Hamba
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, sesungguhnya pujian yang sempurna hanya milik Allah Subhanahu wa Ta'ala. Shalawat dan salam semoga terlimpah untuk Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Tanda utama seorang hamba yang mencintai Allah adalah senantiasa mengikuti Rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Karena siapa yang paling mengikuti utusan Allah maka ia akan menjadi orang yang paling taat kepada-Nya 'Azza wa Jalla. Karena Rasul Allah hanya memperintahkan untuk taat ibadah kepada-Nya. "Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah." (QS. Al-Nisa': 80)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(QS. Ali Imran: 31)
Para ulama menyebut ayat ini sebagai ayat imtihan (ayat ujian) atas orang yang mengaku cinta kepada Allah. Maka dilihatlah, jika ia mengikuti Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam maka ini bukti benarnya pengakuan dirinya. Sebaliknya, jika hal itu tidak ditemukan pada dirinya, menunjukkan tidak adanya kecintaan kepada Allah, ia dusta dalam pengakuannya.
CINTA KEPADA ALLAH
 Al-Imad Ibnul Katsir berkata, "Ayat yang mulia ini menghakimi atas setiap orang yang mengaku cinta kepada Allah sedangkan ia tidak berada di atas jalan hidup Nabi Muhammad, bahwa ia berdusta dalam pengakuannya pada saat itu juga. Sehingga ia mengikuti syariat Nabi Muhammad dan dien Nawabi (Islam yang beliau bawa) dalam semua perkataan dan perbuataannya. Sebagaimana yang tertera dalam Shahihain, dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda: "Siapa yang beramal dengan satu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka ia tertolak."
Al-Hasan al-Bashri dan ulama salaf lainnya telah berkata: Suatu kaum mengaku mencintai Allah, lalu Allah menguji mereka dengan ayat ini. lalu beliau membaca ayat di atas.
. . . Dan siapa yang mendapat kecintaan Allah, ia akan mendapatkankan kebahagiaan dunia dan akhirat. . .
Bagi orang yang membuktikan cintanya kepada Allah dengan mengikuti utusan-Nya, maka Allah memberikan buah manis untuknya, yaitu Allah mencintainya. Dan siapa yang mendapat kecintaan Allah, ia akan mendapatkankan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Jika Allah sudah cinta kepada hamba, Dia akan memberikan beberapa karunia yang terbaik untuknya, di antaranya yang disebutkan dalam hadits qudsi berikut ini:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman:
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ
"Siapa yang memusuhi wali-Ku maka sesungguhnya Aku telah menyatakan perang terhadapnya. Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan senantiasa seorang hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan Sunah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan sebagai  tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta (sesuatu) kepada-Ku pasti Aku akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku pasti Aku akan melindunginya.” (HR. Al-Bukhari)
Hadits ini menjelaskan, bahwa di antara sebab yang mendatangkan kecintaan Allah adalah mengerjakan amal-amal sunnah sesudah yang wajib secara kontinyu. Dan jika Allah sudah mencintai hamba, maka Allah akan memberi petunjuk pada anggota tubuhnya. Sehingga ia akan berkata dan berbuat sesuai keridhaan-Nya.
Maksud Allah menjadi pendengarannya: Allah akan memberi petunjuk kepadanya pada pendengarannya sehingga ia tidak mendengar kecuali yang mendatangkan keridhaan-Nya.
Maksud Allah menjadi penglihatannya: Allah akan memberi petunjuk kepadanya pada penglihatannya sehingga ia tidak akan melihat kecuali apa yang dicintai Allah.
Sementara maksud Allah menjadi tangannya yang dengannya ia berbuat: Allah memberi petunjuka pada tangannya sehingga ia tidak berbuat dengan tangan-Nya kecuali apa yang diridhai Allah 'Azza wa Jalla .
Sedangkan maksud Allah menjadi kakinya yang dengannya ia melangkah: Allah memberi petunjuk pada kakinya sehingga ia tak melangkah/berjalan dengan kakinya kecuali untuk sesuatu yang diridhai oleh Allah 'Azza wa Jalla.
Buah manis lain yang akan hamba tersebut dapatkan adalah doanya akan didengar dan dikabulkan. Ia berada pada perlindungan Allah 'Azza wa Jalla  dari segala yang mengancam dirinya.
. . . bahwa di antara sebab yang mendatangkan kecintaan Allah adalah mengerjakan amal-amal sunnah sesudah yang wajib secara kontinyu. . .
Inilah beberapa tanda jika Allah sudah cinta kepada hamba, Dia akan memberi petunjuk kepada hamba tadi dalam perkataan dan perbuataanya. Jika hamba tadi sebantiasa benar pada perkataan dan perbuatannnya itu menujukkan bahwa Allah telah mencintai-Nya.
Allah Ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu.  Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." (QS. Al-Ahzab: 70-71)
Buah manis lain untuk orang yang telah dicintai Allah adalah ia akan dicintai dan diterima di tengah penduduk bumi. Disebutkan dalam al-Shahih,
إِذَا أَحَبَّ اللَّهُ الْعَبْدَ نَادَى جِبْرِيلَ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحْبِبْهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ فَيُنَادِي جِبْرِيلُ فِي أَهْلِ السَّمَاءِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ
"Apabila Allah mencintai seorang hamba maka Dia menyeru, sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintailah ia. Lalu Jibril mencintainya. Kemudian Jibril menyeru penghuni langit, sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintailah ia oleh kalian. Lalu penghuni langit mencintainya. Kemudian diberikan padanya penerimaan di bumi." (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, lafadz milik Al-Bukhari)
Dalam riwayat Muslim, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta'ala apabila mencintai seorang hamba, Dia menyeru Jibril seraya berfirman: Sesungguhnya Aku mencintai fulan maka cintailah ia. Lalu Jibril pun mencintainya. Kemudia Jibril menyeru di langit seraya berkata: Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah ia. Maka penduduk langit mencintainya. Kemudian dijadikan untuknya penerimaan di bumi. Sebaliknya, apabila Allah membenci seorang hamba, maka Dia menyeru Jibril seraya berfirman: Sesungguhnya Aku membenci fulan maka bencilah ia. Maka JIbril membencinya. Lalu Jibril menyeru pada penduduk langit: Sesungguhnya Allah membenci fulan, maka bencilah ia. Lalu penduduk langit membencinya. Kemudian diletakkan untuknya kebencian padanya di bumi."
Ini juga tanda seseorang dicintai Allah, ia diterima di tengah penduduk bumi dan dicintai mereka. Semoga Allah menjadikan kita dan kaum muslimin sebagai orang-orang yang mendapat cinta dari-Nya dan bagian dari wali-wali-Nya. Amiin. [PurWD/voa-islam.com]

READ MORE - SEBERAPA CINTAMU KEPADA ALLAH

Thursday, December 6, 2012

Kasihilah Ibumu Selagi Ia Masih Hidup

"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga! Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. 

KASIH IBU

Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh." Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. 

Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. 
Ibunya mengingatkan, "Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya. Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. "Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter. Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka. Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia." kata sang ayah. Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. 

Beberapa waktu kemudian ia pu menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat.
Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya." Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini." Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?" Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. 


Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui. "Kasihilah ibumu selagi ia masih hidup. Tidak ada kasih dan cinta yang lebih dari segalanya selain kasih dan cinta seorang ibu untuk anaknya. Ibumu akan berbuat apa saja untuk melindungi dan menolong engkau saat dalam bahaya"."Sekali lagi, kasihilah ibumu selagi ia masih hidup. Esok mungkin terlambat"
READ MORE - Kasihilah Ibumu Selagi Ia Masih Hidup

Monday, November 5, 2012

PESAN TERAKHIR ROSULULOH SAW.



Hari Rabu, lima hari sebelum Rasulullah berpulang ke rahmatullah, panas tubuh akibat sakit itu seperti menyala. Rasa perih yang diderita beliau semakin dasyat. Untuk beberapa saat Rasulullah, tak sadarkan diri. Setelah siuman, beliau berkata,


“Tuanglah air dari tujuh kantong air yang diisi dari berbagai sumur ke atas badanku. Mudah-mudahkan aku sanggup keluar menemui orang-orang dan menyampaikan wasiatku kepada mereka.”
Rasulullah kemudian didudukan pada sebuah tempayan dan tubuh beliau disiramkan air hingga beliau berkata, cukup,cukup!”
Rasulullah merasa badannya menjadi segar. Dengan kepala yang terikat kain, beliau masuk ke masjid menuju mimbar. Sambil duduk di atas mimbar, Nabi berpidato di depan kaum Muslimin,
“Allah telah memerangi orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka menjadikan kuburan-kuburan para nabi mereka sebagai tempat peribadahan.” (HR. Bukhari)
Setelah itu dengan tegas beliau kembali bersabda,
“Jangan kamu kuburku sebagai berhala yang disembah!” (Imam Malik dalam Muwatha)
Rasulullah, kemudian mengajukan dirinya untuk diqishash,
“Barangsiapa yang punggungnya pernah ku cambuk, ini punggungku dan hendaklah ia membalas mencambuk! Dan barangsiapa yang pernah kumaki kehormatannya, ini kehormatanku dan hendaklah ia membalasnya!”
Setelah berkata demikian, Rasulullah turun dari mimbar dan menunaikan shalat Dzuhur. Selesai shalat, beliau bangkit kembali naik ke mimbar dan mengulang perkataannya tadi dengan penuh kesungguhan. Tak lama kemudian ada seseorang yang bangkit dan berkata, “ Anda berutang kepada saya sejumlah tiga dirham.”
Rasulullah pun berkata, “Wahai Fadhl, berikan kepadanya tiga dirham!.
Dalam pidato beliau itu, Rasulullah berpesan agar selalu memperlakukan orang-orang Anshar dengan sikap baik. Beliau bersabda,
“Aku wasiatkan kepada kalian agar selalu bersikap baik kepada orang-orang Anshar! Mereka adalah teman kepercayaan dan orang dekatku. Mereka telah menunaikan segala yang wajib mereka laksanakan dan yang tersisa hanyalah apa yang harus mereka terima. Oleh karena itu, sambutlah dengan baik apa yang datang dari orang baik mereka, dan maafkanlah orang yang tidak baik di antara mereka!”.
Dalam satu riwayat lain, Rasulullah bersabda,
“Orang-orang akan bertambah banyak, sementara orang-orang Anshar semakin menciut jumlahnya sehingga mereka umpama garam dalam makanan. Barangsiapa di antara kalian mengurusi suatu perkara yang dapat memudharatkan atau memberikan manfaat kepada seseorang , hendaklah ia menyambut (segala sesuatu yang datang) dari orang yang baik di antara mereka, dan memaafkan orang yang jahat di antara mereka!” (HR. Bukhari)
Kemudian Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya seorang hamba telah diperintahkan oleh Allah untuk memilih yang diberikan oleh Allah kepadanya, yaitu antara bunga dunia berapa berapa pun yang disukainya atau apa yang ada di sisiNya. Maka hamba itu memilih apa yang ada di sisi Allah.”
Abu Sa’id al Khudri menyebutkan, “Abu Bakar menangis saat mendengarkan Rasulullah berkata demikian. Sambil menangis, ia mengucapkan, ‘Dengan sekaian bapak dan ibu kami, kami akan menebus anda, wahai Rasulullah !’ Kami yang mendengar ucapan Abu Bakar tercengang. Lantas orang-orang berkata sesamanya, ‘Coba perhatikan Pak Tua itu, sementara Rasulullah memberitahukan tentang seorang hamba yang diperintahkan oleh Allah untuk memilih antara bunga dunia seberapa yang disukainya, atau apa yang ada di sisiNya dan hamba itu memilih apa yang ada pada di sisi Allah. Ia malah mengatakan, ‘Dengan sekalian bapak dan ibu kami, kami akan menebus anda, wahai Rasulullah!’ Pada hakikatnya, yang dimaksud dengan hamba yang diperintahkan untuk memilih itu adalah Rasulullah dan diantara kami, Abu Bakarlah yang lebih mengerti maksud dari ucapan rasulullah tersebut,” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah juga berpesan untuk selalu bersikap baik kepada Abu Bakar, Rasulullah bersabda,
“Orang yang paling banyak memberikan jasa dan hartanya kepadaku ialah Abu Bakar. Seandainya aku mengambil kekasih selain Rabb-ku, sungguh Abu Bakarlah orangnya. Akan tetapi persaudaraan dan kasih sayang (di antara kami) hanyalah lantaran Islam. Semua pintu kecil di dalam masjid harus ditutup kecuali pintu kecil milik Abu Bakar,” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pada hari Kamis, empat hari sebelum Rasulullah wafat, dengan rasa sakit yang semakin berat mendera, Rasulullah berkata,
“Kemarilah, aku akan menuliskan kepada kalian sebuah surat, jika (kalian berpegang pada) surat ini kalian tidak akan pernah tersesat!”
Ketika itu, beberaoa sahabat berada di rumah beliau, termasuk Umar. Mendengar Rasulullah berkata demikian, Umar berkata, “Beliau sedang dikuasai rasa sakit. Al Qur’an telah ada bersama kalian dan Kitabullah sudah cukup untuk kamu.” Oleh karena itu, semua yang berada dalam rumah jadi berselisih dan saling bertikai. Satu pihak mengatakan, “Mendekatlah, Rasulullah akan menuliskan sesuatu kepada kalian!” Sementara pihak yang lain sependapat dengan UMar. Dalam suasana gaduh akibat silang pendapat itu, Rasulullah pun berkata, “ Tinggalkanlah aku! (HR. Bukhari)
Maka pada hari itu, Rasulullah mewasiatkan tiga perkara, yaitu pertama, supaya orang-orang Yahudi, Nasrani dan Musyrikin diusir keluar dari Jazirah Arab. Kedua, agar hadiah diberikan kepada utusan-utusan sebanyak yang beliau berikan kepada mereka. Ketiga, perawi sudah tidak mengingatkannya lagi. Boleh jadi, wasiat ketiga adalah untuk selalu berpegang teguh pada Al Qur’an dan Sunnah; atau untuk memberangkatkan bala tentara yang dipimpin oleh Usamah; atau tentang menjaga Shalat dan budak-budak yang dimiliki oleh kaum muslimin.
Meski Rasulullah berada dalam keadaan sakit parah, beliau tetap melaksanakan shalat lima waktu secara berjama’ah samapi hari kamis, empat hari sebelum beliau wafat. Pada hari itu Rasulullah hanya dapat shalat berjama’ah hingga shalat magrib saja. Dan seperti biasanya, beliau membaca surat al Mursalat dalam shalat itu.
Ketika waktu Isya, sakit beliau bertambah parah sehingga beliau tidak sanggup keluar dari rumah untul shalat berjama’ah. Tentang saat itu, Aisyah memaparkan, “Waktu itu Rasulullah bertanya, ‘Sudahkah orang-orang shalat? Kamipun menjawab, ‘Belum, wahai Rasulullah. Mereka sedang menunggumu.’ Lantas beliau berkata, ‘Siapkan air di dalam tempayan untukku!’ setelah kami mengerjakan permintaannya, beliaupun mandi. Kemudian beliau bangkit dan bediri, namun kemudian beliau jatuh pingsan. Saat siuman, beliau bertanya lagi, ‘Apakah orang-orang sudah shalat?’ Kemudian Rasulullah mandi dan ketika hendak bangkit, ia pingsan lagi untuk kali kedua, dan hal yang sama juga terulang pada yang ketiga kalinya. Oleh karena itu Rasulullah mengirim pesan kepada Abu Bakar untuk mengimami shalat jama’ah. Dalam beberapa hari itulah Abu Bakar mengimami tujuh belas kali shalat jama’ah di masa hidup Rasulullah.” (HR. Bukhari)
SUMBER : grelovejogja.wordpress.com

READ MORE - PESAN TERAKHIR ROSULULOH SAW.